Beras Banyuwangi

Banyuwangi, sebagai salah satu kabupaten di Jawa Timur, dikenal dengan keindahan alamnya dan kekayaan budaya yang melimpah. Namun, ada satu hal yang tak kalah penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya—yaitu beras. Sebagai salah satu daerah penghasil beras, Banyuwangi memiliki peran besar dalam mencukupi kebutuhan pangan, tidak hanya untuk wilayah Jawa Timur, tetapi juga untuk pasar nasional.

    Beras Banyuwangi - Bintang Pusaka Jaya

    Jenis Beras Khas Banyuwangi

     

    1. Beras Segobang

    Beras Merah Segobang berasal dari Dusun Segobang, Desa Tamansari, yang terletak di kaki Gunung Ijen. Sesuai namanya, beras ini berwarna merah tua dengan rasa gurih manis dan tekstur agak kenyal.

    Yang membuat beras ini istimewa bukan hanya warnanya, tapi kandungan nutrisinya. Beras merah Segobang kaya akan serat dan asam folat, sangat baik untuk ibu hamil dan mendukung tumbuh kembang anak. Selain itu, karena memiliki indeks glikemik rendah, beras ini juga cocok untuk penderita diabetes.

    Beras Merah Segobang ditanam secara organik oleh petani lokal dan telah terdaftar secara resmi di Kementerian Pertanian sebagai varietas lokal khas Banyuwangi.

    2. Beras Melik

    Beras Hitam Melik adalah jenis beras lokal yang ditanam di Desa Parijatah dan sekitarnya. Warnanya hitam mengilap, aromanya khas, dan teksturnya pulen sedikit berat.

    Kandungan antosianin yang tinggi menjadikan beras hitam Melik sangat baik untuk kesehatan. Antioksidannya membantu menangkal radikal bebas, menurunkan risiko penyakit jantung, dan bahkan diyakini memiliki efek antikanker.

    Beras ini biasa digunakan dalam upacara adat dan dianggap sebagai simbol keberkahan dalam budaya Osing. Tidak hanya menyehatkan, beras Melik juga menyimpan nilai spiritual dan historis bagi masyarakat lokal.

    3. Beras Berlian

    Beras Putih Berlian, memiliki ciri khas butiran bulat pendek dengan warna putih kekuningan. Saat dimasak, teksturnya sangat pulen dan lembut, cocok untuk konsumsi sehari-hari oleh seluruh keluarga.

    Yang membedakan beras ini dari beras putih biasa adalah cara budidayanya yang sepenuhnya organik, tanpa pupuk kimia atau pestisida. Selain lebih aman untuk kesehatan, rasa nasi dari beras putih Berlian ini juga lebih wangi dan gurih.

    4. Beras Coklat

    Beras coklat khas Banyuwangi dikembangkan di wilayah Kalibaru dan Glenmore. Beras ini masih mempertahankan lapisan dedaknya, sehingga kandungan serat, vitamin B, dan mineralnya sangat tinggi. Rasa nasi dari beras ini gurih alami dan sedikit kenyal, cocok untuk pola makan sehat.

    Keunggulan lainnya, beras ini diproses tanpa pemutih dan tanpa penggilingan penuh, menjadikannya sumber energi yang lebih stabil dan alami.

    BERAS BANYUWANGI - BINTANG PUSAKA JAYA

    Peran Beras dalam Kehidupan Masyarakat Banyuwangi

    Beras bukan hanya sekadar bahan pangan di Banyuwangi, tetapi juga memiliki nilai budaya yang mendalam. Di Banyuwangi, beras sering menjadi simbol keberuntungan dan kemakmuran. Di beberapa acara adat, beras digunakan dalam berbagai upacara, yang menggambarkan betapa pentingnya beras dalam kehidupan sosial dan spiritual masyarakat.

    Banyuwangi memiliki sejumlah tradisi dan upacara adat yang erat kaitannya dengan beras sebagai simbol kesuburan, keberkahan, dan hasil bumi. Berikut adalah beberapa di antaranya:

    1. Wiwit

    Wiwit adalah tradisi yang dilakukan pada awal musim tanam atau panen, yang memiliki makna simbolis sangat kuat terhadap kehidupan pertanian masyarakat. Dalam upacara Wiwit, beras biasanya digunakan dalam bentuk tumpeng. Tumpeng ini dibuat dari nasi yang melambangkan hasil bumi yang melimpah. Masyarakat membawa tumpeng ini ke ladang atau sawah sebagai bentuk doa dan permohonan agar hasil pertanian mereka diberkahi dan berlimpah. Beras, dalam hal ini, menjadi simbol kesuburan dan kemakmuran yang diharapkan dari tanah yang digarap.

    2. Tumpeng Sewu

    Tumpeng Sewu merupakan tradisi besar yang melibatkan penyajian seribu tumpeng atau lebih dalam sebuah acara syukuran. Biasanya, acara ini dilakukan dalam rangka syukuran hasil panen atau pada perayaan-perayaan besar lainnya. Tumpeng yang disajikan terbuat dari beras dan lauk-pauk, yang tidak hanya melambangkan rasa syukur atas kemakmuran, tetapi juga simbol keberkahan yang didapatkan dari hasil bumi. Dalam Tumpeng Sewu, beras menjadi simbol penting dalam mengungkapkan rasa terima kasih kepada Tuhan atas keberhasilan yang diperoleh.

    3. Nyadran

    Dalam tradisi Nyadran, meskipun fokus utama adalah ziarah ke makam leluhur dan doa bersama, beras juga kerap hadir dalam bentuk persembahan. Biasanya, beras digunakan dalam bentuk tumpeng atau makanan lainnya yang dibawa untuk diberikan di makam. Tumpeng yang terbuat dari beras ini menjadi simbol rasa syukur kepada leluhur dan permohonan doa untuk kelancaran hidup bagi yang masih hidup. Beras, dalam hal ini, juga memiliki makna sebagai simbol kesuburan dan kelimpahan yang dihormati dalam acara Nyadran.

    4. Ruwatan

    Ruwatan atau Sedekah Bumi adalah tradisi yang dilakukan untuk memohon keselamatan dan keberkahan dari Tuhan Yang Maha Esa. Biasanya, beras digunakan dalam upacara ini sebagai bagian dari persembahan. Beras yang diberikan dalam bentuk sesaji menjadi simbol dari hasil bumi yang telah diberikan dan diharapkan terus bertambah. Dalam tradisi ini, beras merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bentuk rasa syukur masyarakat kepada alam dan Tuhan atas hasil pertanian yang melimpah.

    Semua tradisi ini menunjukkan betapa beragamnya cara masyarakat Banyuwangi menjaga kebersamaan, menghormati leluhur, dan saling mendoakan agar hidup mereka diberkahi. Dengan segala nilai budaya yang terkandung, tradisi-tradisi ini terus hidup dan berkembang, memberikan warna dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya.

     

    Sudah coba Beras Banyuwangi? Rasakan pulennya hari ini!

    BERAS BANYUWANGI - BINTANG PUSAKA JAYA