Delta Rhône, tempat Camargue berada, dikenal sebagai satu-satunya lumbung beras utama di Prancis. Beras Camargue (Riz de Camargue), yang telah memegang sertifikasi Indikasi Geografis Terproteksi (IGP) sejak 1998, adalah produk kebanggaan yang secara ekologis penting bagi kawasan lahan basah Mediterania ini. Namun, jantung pertanian ini kini menghadapi tantangan eksistensial akibat perubahan iklim. Pemanasan global tidak hanya mengancam kuantitas panen, tetapi juga kualitas dan bahkan kelangsungan ekosistem yang rapuh ini.
Kekeringan dan Kelangkaan Air yang Meluas
Ancaman terbesar bagi budidaya beras di Camargue adalah kelangkaan air. Sawah-sawah di Camargue sangat bergantung pada irigasi yang disuplai dari Sungai Rhône. Peningkatan suhu tahunan di Prancis Selatan menyebabkan evaporasi yang lebih tinggi dan penurunan curah hujan, terutama selama musim tanam.
Meskipun wilayah ini adalah delta sungai, volume air tawar yang tersedia semakin tidak menentu. Periode kekeringan yang berkepanjangan memaksa pihak berwenang membatasi penggunaan air untuk pertanian, yang secara langsung mengurangi luas lahan yang dapat ditanami atau menyebabkan kegagalan panen jika pembatasan dilakukan di tengah musim tanam. Selain itu, suhu air yang meningkat juga berdampak negatif pada perkembangan bibit beras.
Intrusi Air Asin dan Kenaikan Permukaan Laut
Beras ditanam di wilayah pesisir yang rendah, menjadikannya sangat rentan terhadap kenaikan permukaan laut. Kenaikan ini meningkatkan risiko intrusi air asin ke dalam sistem irigasi dan air tanah. Budidaya beras memerlukan air tawar untuk pertumbuhan yang optimal; konsentrasi garam yang berlebihan (salinitas) dapat merusak tanaman secara fatal.
Intrusi air asin sudah menjadi masalah kronis. Pada saat aliran Sungai Rhône rendah (biasanya selama musim panas yang kering), air laut dapat merambat lebih jauh ke hulu, mencemari air yang digunakan petani. Petani harus mengelola air di sawah secara ketat untuk membilas garam, sebuah proses yang ironisnya membutuhkan lebih banyak air tawar yang sudah langka.
Perubahan Suhu dan Ancaman Hama Baru
Peningkatan suhu rata-rata juga mengubah siklus hidup hama dan penyakit. Musim dingin yang lebih hangat tidak lagi cukup untuk membunuh hama tertentu, memungkinkan mereka berkembang biak lebih cepat dan muncul lebih awal. Petani beras harus menghadapi spesies invasif atau peningkatan frekuensi serangan hama yang sebelumnya kurang signifikan.
Di sisi lain, meskipun panas dapat mempercepat pematangan beras, panas ekstrem selama fase berbunga dapat menyebabkan sterilisasi serbuk sari, mengurangi jumlah biji yang terbentuk dan berdampak signifikan pada hasil akhir panen.
Strategi Adaptasi dan Masa Depan
Petani di Camargue sedang berupaya keras untuk beradaptasi. Upaya ini mencakup:
-
Pemilihan Varietas: Mengadopsi varietas beras yang lebih tahan terhadap salinitas dan kekeringan.
-
Efisiensi Irigasi: Menginvestasikan pada sistem irigasi yang lebih efisien dan mempraktikkan “irigasi defisit” yang terkelola.
-
Rotasi Tanaman: Beberapa petani mempertimbangkan rotasi yang lebih sering dengan tanaman yang kurang haus air.
Beras Camargue adalah penstabil ekologis lahan basah; sawah bertindak sebagai penyaring air dan menyediakan habitat penting bagi banyak spesies burung. Jika pertanian beras tidak berkelanjutan lagi, ada risiko serius bahwa wilayah Camargue dapat menghadapi bencana ekologis. Oleh karena itu, tantangan iklim di Camargue bukan hanya masalah ekonomi bagi Prancis, tetapi juga sebuah imperatif ekologis untuk mempertahankan salah satu lahan basah paling berharga di Eropa.
Sudah coba Beras Banyuwangi? Rasakan pulennya hari ini!