1. Pemilihan Bibit
Sebelum beras dapat ditanam, tahapan pertama yang sangat penting adalah pemilihan bibit. Di Banyuwangi, petani sering menggunakan varietas unggul lokal seperti Beras Segobang Banyuwangi atau Beras Melik Banyuwangi, yang memiliki kualitas gizi lebih tinggi dan rasa yang khas. Bibit yang dipilih harus berkualitas, bebas dari penyakit, dan sesuai dengan kondisi tanah serta iklim setempat.
2. Persiapan Lahan dan Penanaman
Setelah bibit siap, tahap berikutnya adalah persiapan lahan. Di Banyuwangi, sebagian besar lahan pertanian beras menggunakan sistem irigasi sawah tadah hujan. Petani akan membersihkan sawah, meratakan permukaan tanah, dan memastikan saluran air berfungsi dengan baik untuk memenuhi kebutuhan air yang cukup.
Proses penanaman biasanya dilakukan dengan cara menanam bibit secara langsung atau menyemai bibit terlebih dahulu di persemaian sebelum dipindahkan ke sawah. Penanaman beras di Banyuwangi umumnya dilakukan pada musim penghujan, karena keberadaan air sangat penting untuk proses pertumbuhan tanaman padi.
3. Pemeliharaan Tanaman
Setelah tanaman padi ditanam, petani harus secara rutin merawatnya agar bisa tumbuh dengan optimal. Pemeliharaan tanaman beras meliputi beberapa langkah penting:
-
Pengairan: Tanaman padi memerlukan banyak air. Petani Banyuwangi memastikan bahwa sawah tetap terendam air dengan baik, tetapi juga tidak tergenang terlalu lama.
-
Penyiangan: Petani melakukan penyiangan secara berkala untuk menghilangkan gulma atau tanaman liar yang bisa mengganggu pertumbuhan padi.
-
Pemupukan: Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk organik maupun anorganik untuk memberi nutrisi yang cukup bagi padi. Banyak petani Banyuwangi yang mulai beralih ke pupuk organik untuk menjaga keberlanjutan lingkungan.
-
Pengendalian Hama dan Penyakit: Salah satu tantangan terbesar dalam budidaya padi adalah serangan hama dan penyakit. Petani Banyuwangi biasanya menggunakan metode ramah lingkungan untuk mengendalikan hama, seperti menggunakan pestisida alami atau mengadopsi teknik rotasi tanaman.
4. Panen
Setelah melalui proses pemeliharaan yang panjang, padi akan siap dipanen. Waktu panen yang tepat adalah saat padi sudah cukup umur dan berbiji masak, yang biasanya terjadi sekitar 3-4 bulan setelah penanaman. Pada saat panen, petani menggunakan alat tradisional seperti arit (sabitan) atau alat modern seperti mesin pemanen untuk memanen padi.
Proses pemanenan harus dilakukan dengan hati-hati agar biji padi tidak rusak. Setelah dipanen, padi akan dibawa ke tempat pengeringan untuk mengurangi kadar air, sehingga padi siap untuk proses penggilingan.
5. Penggilingan
Padi yang sudah dipanen dan dikeringkan kemudian akan diproses di penggilingan padi. Di Banyuwangi, terdapat banyak penggilingan padi kecil yang dikelola oleh petani lokal. Di sini, gabah akan digiling untuk menghasilkan beras.
Proses penggilingan ini meliputi beberapa tahap:
-
Pemecahan Kulit Padi: Gabah yang sudah kering akan digiling untuk memecah kulit padi dan mengeluarkan beras putih yang bisa dikonsumsi.
-
Pemilihan dan Penyaringan: Beras akan disaring untuk memisahkan beras yang rusak atau bercampur dengan dedak. Hasilnya adalah beras yang bersih dan siap untuk dikonsumsi.
6. Penyimpanan dan Pemasaran
Beras yang sudah digiling akan disimpan dalam karung atau kemasan lainnya untuk dijual ke pasar. Di Banyuwangi, sebagian besar beras dipasarkan secara lokal, tetapi ada juga yang diekspor ke berbagai daerah. Pemerintah daerah sering kali terlibat dalam pengaturan distribusi beras agar harga tetap stabil dan para petani mendapatkan harga yang adil.
Selain itu, beberapa petani di Banyuwangi juga memasarkan beras mereka dengan merek yang khas, seperti Bintang Pusaka Jaya, untuk menarik perhatian konsumen yang mencari produk lokal dengan kualitas terbaik.
7. Menikmati Beras Banyuwangi
Setelah beras sampai di pasar atau toko, konsumen dapat membeli beras untuk keperluan rumah tangga. Di rumah, beras akan dicuci dan dimasak menjadi nasi yang siap disajikan. Nasi hasil dari beras khas Banyuwangi memiliki aroma dan tekstur yang khas, memberikan cita rasa yang berbeda saat dinikmati bersama hidangan lainnya.
Beras juga menjadi bahan utama dalam berbagai masakan khas Banyuwangi, seperti nasi jagung, nasi megono, dan nasi tumpeng, yang sering disajikan pada acara-acara adat atau perayaan tertentu. Dengan kualitas beras yang dihasilkan, masyarakat Banyuwangi tidak hanya menjaga kelestarian tradisi pertanian mereka, tetapi juga menikmati hasil bumi yang kaya akan manfaat.