Beras bukan sekadar karbohidrat di dapur Arab; ia adalah fondasi identitas kuliner yang mendalam. Di jantung wilayah ini, terjadi persaingan abadi antara dua kategori beras utama: beras biji pendek Mesir yang ditanam secara lokal dan beras biji panjang Asia (terutama Basmati) yang diimpor. Perbedaan di antara keduanya menciptakan garis pemisah geografis dan preferensi tekstur yang memengaruhi penyajian hidangan klasik Arab.

Beras Banyuwangi - Pabrik Beras Banyuwangi

Karakteristik Juara Lokal: Beras Mesir

Beras Mesir adalah varietas biji pendek dan sedang yang ditanam secara ekstensif di Delta Sungai Nil, menjadikannya salah satu dari sedikit negara Arab yang mampu memproduksi beras dalam skala besar. Karakteristik utamanya adalah kadar amilopektin yang tinggi. Ketika dimasak, beras ini menjadi lengket, lembut, dan lembap.

Sifat lengket ini krusial untuk hidangan Mesir dan Levant (seperti Lebanon, Suriah, dan Yordania) yang mengutamakan tekstur padat dan menyatu. Contoh utama di mana Beras Mesir tak tergantikan adalah:

  • Koshari: Hidangan nasional Mesir, di mana beras Mesir harus berpadu sempurna dengan pasta dan lentil.

  • Mahshi: Sayuran isi (zucchini, anggur, kol) yang memerlukan isian beras yang padat agar tidak mudah hancur saat direbus.

  • Ruz bi Halib (Puding Nasi Susu): Teksturnya yang lengket menghasilkan puding yang kaya dan kental.

Di kawasan ini, beras Mesir dianggap lebih otentik dan menawarkan rasa yang “berat” dan mengenyangkan.

Dominasi Impor: Beras Asia (Basmati)

Sebaliknya, di Jazirah Arab—khususnya Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar—Basmati (beras biji panjang dari India dan Pakistan) memegang mahkota. Negara-negara Teluk ini adalah importir beras terbesar, dan Basmati mendominasi rak supermarket.

Basmati memiliki kadar amilosa yang tinggi, yang membuatnya masak secara terpisah, kering, dan ringan. Ia juga terkenal dengan aroma nutty dan wangi yang khas. Sifatnya yang tidak lengket adalah keharusan mutlak untuk hidangan Teluk yang populer:

  • Kabsa dan Mandi: Hidangan ini mensyaratkan setiap bulir nasi harus terpisah sempurna (fluffy) sehingga dapat menyerap kuah kaldu daging dan bumbu lokal seperti saffron, kapulaga, dan cengkeh tanpa menjadi bubur.

  • Biryani Teluk: Meskipun berasal dari Asia Selatan, Biryani versi Teluk (dengan penekanan pada daging kambing atau ayam) sangat mengandalkan tekstur Basmati yang panjang dan ringan.

Bagi penduduk Teluk, tekstur Basmati yang “berderai” dianggap sebagai tolok ukur kualitas dan esensial untuk menikmati daging atau ikan yang diletakkan di atas tumpukan nasi.

Evolusi dan Kompromi Kuliner

Persaingan ini bukanlah pertarungan hidup atau mati, melainkan penentuan alat yang tepat untuk tujuan kuliner yang berbeda. Beras Mesir melayani hidangan yang membutuhkan integrasi dan kelembutan, sementara Basmati melayani hidangan yang menuntut pemisahan dan aroma yang kuat.

Namun, globalisasi dan pergerakan populasi telah membawa kompromi. Ekspatriat dari Mesir dan Levant di Teluk sering kali harus memasak hidangan tradisional mereka menggunakan Basmati karena ketersediaan, meskipun mereka mungkin mengakui bahwa teksturnya tidak ideal untuk Mahshi. Sebaliknya, beras Mesir kadang-kadang ditemukan di pasar Asia untuk hidangan Timur Tengah yang lebih spesifik.

Pada akhirnya, persaingan regional antara kedua jenis beras ini mencerminkan keragaman ekologi dan sejarah perdagangan kawasan Arab. Keduanya memegang peran penting: satu sebagai simbol kemandirian pertanian dan kehangatan kuliner lokal, yang lain sebagai duta kekayaan perdagangan global dan cita rasa rempah yang mendalam.

Sudah coba Beras Banyuwangi? Rasakan pulennya hari ini!

BERAS BANYUWANGI - BINTANG PUSAKA JAYA